Batik Indonesia menjadi semakin terkenal
setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia.
Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk
eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang
batik hadir di bumi Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik
pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817
tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa
semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van
Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke
Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah
batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition
Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan
seniman.
Kemudian sejak industrialisasi dan
globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul,
dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, Adapun pada batik tradisional yang
diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut
batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan
kain pelangi dan kain telepok.
Pada akhirnya batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa. Sejak masa lampau, para perempuan menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini. Kemudian terjadi fenomena batik pesisir yang memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung". Bagi masyarakat di daerah pesisir ini, pekerjaan membatik merupakan sebuah kelaziman bagi kaum lelaki.
Berbicara tradisi membatik, pada mulanya batik merupakan tradisi yang turun-temurun dari masyarakat Jawa. Boleh jadi, terkadang untuk suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Adapun batik Cirebon bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa.
Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 80-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa.
Pada akhirnya batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa. Sejak masa lampau, para perempuan menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini. Kemudian terjadi fenomena batik pesisir yang memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung". Bagi masyarakat di daerah pesisir ini, pekerjaan membatik merupakan sebuah kelaziman bagi kaum lelaki.
Berbicara tradisi membatik, pada mulanya batik merupakan tradisi yang turun-temurun dari masyarakat Jawa. Boleh jadi, terkadang untuk suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Adapun batik Cirebon bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa.
Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 80-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa.
Kita
sebagai bangsa Indonesia harus bangga dengan kekayaan budaya daerah yang
beraneka ragam. Dari berbagai budaya yang beraneka ragam itu salah satunya
diwujudkan dalam bentuk kerajinan kain batik. Di Indonesia terdapat banyak
daerah yang mempunyai hasil kerajinan kain batik yang mempunyai ciri khas
masing-masing, dan jika dilihat dari motif dan corak akan berbeda antara daerah
satu dengan lainnya.
Banyak
yang beranggapan bahwa batik berasal dari pulau Jawa saja yang terpengaruh dari
budaya kerajaan Hindu dan Islam. Tetapi ternyata tidak demikian. Di luar pulau
Jawa ada banyak daerah yang juga mempunyai batik dengan ciri khasnya
masing-masing seperti batik Bali, batik Minangkabau, batik Toraja, batik
Flores, batik Halmahera maupun batik Papua. Dikarenakan masih kurangnya sumber
informasi maka tulisan ini hanya akan mengulas beberapa daerah di Indonesia
yang sudah terkenal dan mempunyai pasar di Indonesia maupun luar negeri.
1. Batik Jogja
Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar juga dikenal sebagai kota pusat budaya. Selain adanya kerajaan Jogjakarta yang masih ada sampai sekarang, kerajinan batik merupakan salah satu warisan budaya di Jogjakarta yang masih terus dilestarikan hingga saat ini.
Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar juga dikenal sebagai kota pusat budaya. Selain adanya kerajaan Jogjakarta yang masih ada sampai sekarang, kerajinan batik merupakan salah satu warisan budaya di Jogjakarta yang masih terus dilestarikan hingga saat ini.
Batik
ini tak lepas dari sejarah kerajaan Yogyakarta, dimana pada jaman dahulu batik
ini hanya digunakan oleh kalangan bangsawan saja di Yogyakarta, seperti
keluarga keraton, akan tetapi saat ini siapa saja bisa menggunakan Batik Jogja.
Sampai sekarang juga ada batik tertentu yang hanya dipakai oleh keluarga
keraton saja. Dari berbagai jenis motif batik Yogyakarta ada beberapa yang
paling dikenal yaitu motif Kawung, motif Parangkusumo, motif Truntum, motif
Tambal, motif Pamiluto, motif Parang, motif Liris, motif Udan Nitik, dan
sebagainya.
2. Batik Solo
Kota Solo hampir identik dengan Yogyakarta dimana banyak sekali mempunyai kerajinan khas daerah. Salah satunya yang terkenal adalah kerajinan batik. Hal ini tak lepas dari sejarah dimana sebelumnya wilayah Solo dan Yogyakarta adalah masuk ke dalam satu wilayah kerajaan Mataram yang kemudian dipecah menjadi dua yaitu wilayah Yogyakarta dan Surakarta.
Kota Solo hampir identik dengan Yogyakarta dimana banyak sekali mempunyai kerajinan khas daerah. Salah satunya yang terkenal adalah kerajinan batik. Hal ini tak lepas dari sejarah dimana sebelumnya wilayah Solo dan Yogyakarta adalah masuk ke dalam satu wilayah kerajaan Mataram yang kemudian dipecah menjadi dua yaitu wilayah Yogyakarta dan Surakarta.
Solo
merupakan daerah penghasil batik yang terkenal di Indonesia, dan mempunyai
pusat batik yang berada di kampung Laweyan. Ada beberapa motif dari batik Solo
yang terkenal yaitu batik motif Sidoasih, motif Raturatih, motif
Parangkusuma, motif Bokorkencana, motif Sekarjagad, notif Ceplok dan motif
Ganggong.
3. Batik Madura
Pulau Madura banyak dikenal sebagai pulau penghasil garam dan juga karapan sapi. Tetapi selain itu pulau Madura juga mempunyai kerajinan batik yang mempunyai ciri khas tersendiri dan banyak dicari.
Pulau Madura banyak dikenal sebagai pulau penghasil garam dan juga karapan sapi. Tetapi selain itu pulau Madura juga mempunyai kerajinan batik yang mempunyai ciri khas tersendiri dan banyak dicari.
Batik tulis
Madura terkenal dengan karakternya yang kuat, yang dicirikan oleh bebas, dengan
warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang yang mengetahui
bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling terkemuka
di pasar batik di indonesia maupun mancanegara. Sejarah mencatat produsen batik
Madura yang cukup terkenal. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu, mungkin
karena kedua komoditas tersebut merupakan bagian integral dari tradisi
masyarakat mereka sendiri.
Beberapa
jenis motif batik Madura yang terkenal adalah motif Daun, motif Burung,
motif Bunga, motif Serat Kayu, dan motif Tanjung Bumi. Di Pulau Madura
terdapat tiga daerah pembuatan batik yaitu Bangkalan, Pamekasan dan sumenep. Di
Bangkalan terdapat 2 sentra penghasil batik yaitu Tanjungbumi dan Burneh.
4. Batik Pekalongan
Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir utara pulau Jawa yang terkenal dengan kerajinan batiknya. Berbeda dengan batik Jogja maupun Solo yang terpengaruh dengan adat dan budaya keraton, batik pesisir biasanya lebih bebas dalam menggunakan campuran warna dan motif.
Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir utara pulau Jawa yang terkenal dengan kerajinan batiknya. Berbeda dengan batik Jogja maupun Solo yang terpengaruh dengan adat dan budaya keraton, batik pesisir biasanya lebih bebas dalam menggunakan campuran warna dan motif.
Batik
Pekalongan mempunyai motif asli yang dinamakan Jlamprang, yaitu suatu
motif semacam nitik yang tergolong motif batik geometris. Mungkin motif ini
merupakan suatu motif yang dikembangkan oleh pembatik keturunan Arab karena
pada umumnya orang Arab yang beragama Islam tidak mau menggunakan ornamen
berbentuk benda hidup, misalnya binatang atau burung. Mereka lebih suka ragam
hias yang berbentuk geometris.
5. Batik Cirebon
Sama seperti Pekalongan, Cirebon juga merupakan sebuah kota dipesisir pantai utara pulau Jawa, di sebelah barat Pekalongan. Dengan posisinya sebagai kota pesisir, batik khas Cirebon juga mempunyai ciri khas yang jauh berbeda dengan jenis batik keraton.
Sama seperti Pekalongan, Cirebon juga merupakan sebuah kota dipesisir pantai utara pulau Jawa, di sebelah barat Pekalongan. Dengan posisinya sebagai kota pesisir, batik khas Cirebon juga mempunyai ciri khas yang jauh berbeda dengan jenis batik keraton.
Pada
batik Cirebon moif yang terkenal adalah motif Mega Mendung. Motif ini
melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan untuk pembawa kesuburan, serta
pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda
hingg biru tua. Warna biru tua melukiskan awan gelap yang memiliki kandungan
air hujan, pemberi penghidupan, sedang warna biru muda melambangkan makin
cerahnya kehidupan. Motif ini sedikit banyak terpengaruh oleh budaya Islam
bercampur dengan budaya Cina yang dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok yang
kapalnya bersandar di pelabuhan Cirebon.
Daerah
penghasil produksi serta pengrajin batik Cirebonan berpusat di desa Trusmi yang
sering dinamakan sebagai kampung batik Cirebonan. Desa-desa yang ada di seputar
desa Trusmi salah satunya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah serta
Panembahan.
Perkembangan
batik Trusmi terlihat bergerak dengan cepat mulai sekitar tahun 2000. Hal
semacam ini dapat dipandang dari banyak bermunculan showroom-showroom batik
yang ada di seputar jalan utama desa Trusmi serta Panembahan
6. Batik Bali
Di pulau Dewata Bali yang terkenal dengan arca dan pura-nya, industri batik merupakan sebuah kerajinan yang baru. Dimulai pada tahun 1970, industri tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati Gianyar. Teknik yang diggunakan aalah dengan menggunakan alat tenun manual terkenal dengan sebutan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Orang bali sendiri sering menggunakan baju batik untuk proses upacara, sehingga hal itu mendorong indrusti batik di pulau bali ini berkembang dengan pesat. Di Bali kini telah berkembang puluhan Indrusti Batik yang menampilkan corak khas Bali diantaranya corak perpaduan Bali dengan luar Bali, seperti, Bali-Pekalongan, Bali-Papua, dan sebagainya.
Di pulau Dewata Bali yang terkenal dengan arca dan pura-nya, industri batik merupakan sebuah kerajinan yang baru. Dimulai pada tahun 1970, industri tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati Gianyar. Teknik yang diggunakan aalah dengan menggunakan alat tenun manual terkenal dengan sebutan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Orang bali sendiri sering menggunakan baju batik untuk proses upacara, sehingga hal itu mendorong indrusti batik di pulau bali ini berkembang dengan pesat. Di Bali kini telah berkembang puluhan Indrusti Batik yang menampilkan corak khas Bali diantaranya corak perpaduan Bali dengan luar Bali, seperti, Bali-Pekalongan, Bali-Papua, dan sebagainya.
Bali
memiliki berbagai macam design, motif dan corak asli. Banyak desain batik khas
Bali telah lahir yang biasanya dipadukan dengan motif batik yang ada dari
berbagai wilayah di Tanah Air dan pengaruh motif China. Perpaduan motif yang
biasa dilakukannya adalah mengambil ornamen khas Pulau Dewata, seperti naga,
rusa, burung bangau, dan kura-kura. Kemudian memadukan dengan motif dari daerah
luar Bali yang biasanya berbentuk flora.
7. Batik Banyumas
Banyumas selain terkenal dengan makanan khasnya yaitu tempe mendoan dan getuk goreng, ternyata menyimpan kekayaan budaya warisan nenek moyang yaitu batik. Batik Banyumasan memiliki sejarah yang tak lepas dari pengaruh budaya tradisional dari daerah-daerah sekitarnya seperti Yogyakarta, Surakarta, maupun Pekalongan. Menurut informasi para sesepuh dan penggiat batik Banyumas, disebutkan batik Banyumas muncul, lantaran pengaruh berdirinya kademangan-kademangan di daerah Banyumas dan para pengikut Pangeran Diponegoro yang mengungsi di daerah Banyumas.
Banyumas selain terkenal dengan makanan khasnya yaitu tempe mendoan dan getuk goreng, ternyata menyimpan kekayaan budaya warisan nenek moyang yaitu batik. Batik Banyumasan memiliki sejarah yang tak lepas dari pengaruh budaya tradisional dari daerah-daerah sekitarnya seperti Yogyakarta, Surakarta, maupun Pekalongan. Menurut informasi para sesepuh dan penggiat batik Banyumas, disebutkan batik Banyumas muncul, lantaran pengaruh berdirinya kademangan-kademangan di daerah Banyumas dan para pengikut Pangeran Diponegoro yang mengungsi di daerah Banyumas.
Motif
dari batik Banyumas sebagian besar terpengaruh dari motif Jonasan, yaitu
kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar
kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena
wedel. Motif-motif yang berkembang sekarang ini antara lain: Sekarsurya,
Sidoluhung, Lumbon (Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu
Bronto, Satria Busana, Pring Sedapur, Gabah Mawur, Jagadan, Isen Laut, Udan
Riris, dan lainnya. Tetapi para pengrajin batik Banyumas lebih kreatif
dalam berkarya, sehingga muncullah motif-motif baru yang merupakan perpaduan
dari beberapa motif batik tradisional dari daerah lain seperti batik Jojga dan
Solo. Beberapa contoh dari motif modern ini seperti Mangkokan, Manukan,
Sawudan Colet, Kitiran, Rantai Kehidupan, Serat Kayu, Gringgingan dan
sebagainya. Dengan kreatifitas para pengrajin batik ini menjadikan sebuah batik
dengan karakter yang indah.
Di
Banyumas terdapat dua daerah sentra pengrajin batik yaitu daerah Banyumas lama
dan Sokaraja. Di Banyumas Lama, sentra batiknya berada di Sudagaran, sebuah
kampung yang berasal dari kata “Saudagar”, di situ dulu tempat tinggal para
Saudagar Batik Banyumas yang sukses dan berhasil. Sementara sentra Batik
Banyumas satu lagi ada di Sokaraja, sampai sekarang batik-batik berkualitas
terus dihasilkan oleh sentra-sentra batik di Sokaraja.
8. Batik Tasikmalaya
Tasikmalaya adalah nama sebuah kabupaten di wilayah jawa Barat. Di daerah ini batik juga menjadi salah satu karya seni tradisional asli yang mempunyai ciri khas berbeda dibandingkan dengan batik dari daerah lain.
Tasikmalaya adalah nama sebuah kabupaten di wilayah jawa Barat. Di daerah ini batik juga menjadi salah satu karya seni tradisional asli yang mempunyai ciri khas berbeda dibandingkan dengan batik dari daerah lain.
Motif
batik Tasikmalaya sangat terpengaruh dengan nuansa Parahyangan seperti bunga
anggrek dan burung. Selain itu motif khas dari batik Tasik adalah perpaduan
dari nuansa alam yaitu flora dan fauna di alam sekitar, dengan ciri khas warna
yang lebih terang. Motif batik Tasik yang terkenal adalah motif batik
Sukapura, motif batik Sawoan dan motif batik Tasik.
Pusat
produksi batik Tasikmalaya ini tersebar di beberapa daerah seperti Desa
Sukapura (Kecamatan Sukaraja), Kecamatan Indihiang, dan Kecamatan Cipedes.
9. Batik Banten
Batik Banten merupakan salah satu upaya pelestarian terhadap budaya kerajinan asli Banten terutama peninggalan pada jaman keraton Surosowan yang aslinya terdapat pada gerabah dan keramik yang ditemukan di situs peninggalan keraton tersebut.
Batik Banten merupakan salah satu upaya pelestarian terhadap budaya kerajinan asli Banten terutama peninggalan pada jaman keraton Surosowan yang aslinya terdapat pada gerabah dan keramik yang ditemukan di situs peninggalan keraton tersebut.
Upaya
pelestarian dari motif ukiran dan hiasan yang terdapat pada gerabah dan keramik
peninggalan keraton Surosowan tersebut kemudian oleh budayawan Banten diangkat
dan dilestarikan dalam bentuk seni batik.
Saat
ini motif batik Banten yang terkenal ada 12 yaitu motif Sabakingking, motif
Mandalikan, motif Srimanganti, motif Pasepen, motif Pejantren, motif Pasulaman,
motif Kapurban, motif Kawangsan, motif Pamaranggen, motif Surosowan, dan motif
Pancaniti.
10. Batik Minangkabau
Salah satu penghasil batik tradisional di luar pulau Jawa yang terkenal adalah daerah Minangkabau. Batik Minangkabau ini proses pembuatannya agak berbeda dengan batik dari daerah lainnya.
Salah satu penghasil batik tradisional di luar pulau Jawa yang terkenal adalah daerah Minangkabau. Batik Minangkabau ini proses pembuatannya agak berbeda dengan batik dari daerah lainnya.
Batik
Minangkabau terkenal dengan sebutan baik tanah liat, dikarenakan pada proses
pembuatannya, kain pertema-tama direndam bersama dengan tanah liat selama seminggu,
kemudian dicuci dan diberi pewarna alami yang terbuat dari tumbuh-tumbuha,
sesuai dengan motif dan corak yang dibuat.
Motif
batik tanah liat tradisional adalah kuda laut dan burung hong, dikarenakan
menurut asal-usulnya batik Minangkabau dibawa oleh para pedagang Cina yang
berdagang di daerah Minangkabau. Namun sekarang selain motif Cina diperkenalkan
juga motif tradisional Minangkabau seperti siriah dalam carano, kaluak paku,
kuciang tidua, lokcan, batuang kayu, tari piring, dan kipas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar